Dalang, Pengrawit, Pesinden, Tukang Becak Hingga Presiden Boleh Baca Ini
Ki Jlitheng Suparman
(Makalah ini disajikan dalam Sarasehan Dalang Wonogiri di Plaza Gajah Mungkur Ngadirojo, 14 Nopember 2009)
Manusia berkesenian adalah untuk meraih keindahan sebagai wahana memperoleh pencerahan. Dari keindahan itu manusia memperoleh penghayatan tentang kebaikan dan keburukan, kebenaran dan kebatilan, dan sebagainya yang kesemuanya itu bermuara kepada kedewasaan, kepekaan, dan kecerdasan jiwani atau batiniah. Maka estetika dan etika merupakan dua aspek yang kuat menandai keberadaan salah satu unsur kebudayaan manusia yang disebut kesenian. Estetika adalah ilmu pengetahuan tentang keindahan, etika adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan perihal kebaikan. Kedua aspek itulah di dalam dunia seni pedalangan yang secara sederhana dikatakan sebagai tontonan dan tuntunan.
Jan 4, 2018 - It's time again to update ourselves on the current state of free VST, AU and. Or, you can uninstall NetLimiter 3 from your computer by using the. I upgraded to win 8.1 overnight and netlimiter 3 won't show any traffic. Tried downloading the test version 4 and that also giving an error. How to uninstall net limiter free download. This specialized uninstaller can not only help you uninstall NetLimiter 3 from the. By attaching to free software and games that people often download online. NetLimiter 1.0? Here contains full steps to uninstall NetLimiter 1.0 completely. A malware or not. Click and download this malware detect tool for a free scan.
Namun sebenarnya istilah tontonan dan tuntunan maknanya tidak sama persis dengan estetika dan etika. Tontonan dan tuntunan adalah sebuah konsep pemikiran yang terjemahannya cenderung mendangkalkan makna estetika dan etika. Tontonan lebih bermakna sebagai hiburan, tuntunan lebih bermakna sebagai pedoman. Hiburan lebih berarti sebagai wahana pencapaian kesenangan, yakni kepuasan atas hasrat inderawi, tidak sampai kepada wilayah jiwani. Sedang tuntunan lebih bermakna sebagai pedoman yang bersifat normatif dan statis. Maka istilah tontonan dan tuntunan bila tidak disikapi secara hati-hati justru akan menjebak pelaku seni pada kegiatan kreatif yang hanya bersentuhan dengan hasrat inderawi dan penyampaian pesan nomatif secara vulgar. Perilaku kreatif yang demikian sulit rasanya melahirkan bentuk kesenian atau seni pertunjukan yang mampu memberikan daya rangsang penghayatan yang bersifat jiwani atau pencerahan. Sebab tontonan hanya memberi kepuasan inderawi dan sesaat; tuntunan cenderung menyampaikan nilai-nilai secara verbal dan vulgar atau menggurui.
Kesenian yang mampu memberi pencerahan adalah kesenian yang tidak menggurui. Penikmat atau penonton dibiarkan menafsir dan menangkap pesan makna sesuai dengan latar dan kemampuan masing-masing. Seseorang yang berlatar profesi sebagai guru dengan seorang petani niscaya akan memiliki tafsir yang berbeda atas pesan makna yang disampaikan oleh sebuah seni pertunjukan. Maka jaman dulu pagelaran wayang kulit selalu ditutup dengan golekan ‘sajian wayang golek’, yang konon artinya penonton diminta mencari sendiri makna cerita yang digelar oleh dalang semalam suntuk. Dari fenomena golekan tersebut memberi pemahaman kepada kita bahwa seni pertunjukan wayang kulit di masa lalu memang tidak menggurui, tetapi menyampaikan pesan melalui struktur lakonnya.
Bagaimana dengan perkembangan kondisi pertunjukan wayang kulit dewasa ini? Mampukah ia memberi pencerahan kepada masyarakat penontonnya?
Kesenjangan Komunikasi
Kemampuan seni pertunjukan wayang (baca: wayang kulit purwa) sebagai media pencerahan dewasa ini agaknya memang perlu dipertanyakan. Keraguan itu bukan tanpa alasan. Betapa saat ini telah terjadi kesenjangan komunikasi antara penonton dan pertunjukan wayang. Artinya bahwa penonton tidak mampu menangkap apalagi mencerna cerita yang dibawakan oleh dalang. Kebanyakan penonton, terutama generasi muda sudah tidak paham terhadap kisah yang dibawakan oleh dalang. Ketidak-pahaman tersebut bukan semata-mata karena faktor bahasa, yang mana masyarakat kita terutama generasi muda makin asing dengan bahasanya sendiri, melainkan juga karena kurangnya bekal pengetahuan tentang latar belakang budaya yang membentuk seni pertunjukan wayang. Kita ketahui bahwa seni pertunjukan wayang dibangun oleh kebudayaan keraton dan sedikit kebudayaan masyarakat bawah agraris. Sementara masyarakat kita telah bergeser ke peradaban modern dan pola kehidupan industrialis. Perubahan kebudayaan yang sedemikian pesat itu membuat generasi muda kita terputus dengan informasi dan pengetahuan tentang kebudayaannya sendiri.
Seni pertunjukan wayang yang lahir dan dibesarkan oleh kebudayaan keraton, sudah barang tentu kesenian ini akan banyak bercerita perihal kehidupan keraton. Tokoh-tokoh ceritanya didominasi oleh kaum elit kerajaan (raja, ksatria, brahmana) dan para dewa. Ungkapan-ungkapan dan bahasanya banyak mengacu yang berkembang di keraton. Demikian pula konflik-konflik dan permasalahan yang diangkat lebih banyak berkutat di wilayah konflik dan permasalahan kaum elit keraton. Sedikit sekali atau bahkan nyaris tidak ada kisah yang mengangkat persoalan-persoalan kaum kelas bawah. Dengan kata lain kisah cerita yang disajikan oleh seni pertunjukan wayang adalah potret atau gambaran kehidupan masyarakat kerajaan di masa lalu.
Hay day hack tool apk free. Allows an application to read from external storage. Details We provide Hay Day v1.35.116 Mod (unlimited coins&gems) APK 1.35.116 file for 2.3 and up or Blackberry (BB10 OS) or Kindle Fire and many Android Phones such as Sumsung Galaxy, LG, Huawei and Moto.
Kini masyarakat kita telah berubah. Bentuk pemerintahan kerajaan bergeser ke bentuk pemerintahan republik. Susunan masyarakat telah berubah, demikian pula cara hidup dan pola berpikir masyarakat sudah berbeda dengan masa lalu. Ketika seni pertunjukan wayang masih bertahan di dunia masa lalu apakah masyarakat sekarang masih bisa mengerti dan menghayati? Kiranya sulit bagi kita untuk memahami apa lagi menghayati sesuatu yang tidak kita mengerti. Dengan demikian jelas bahwa tujuan pencerahan yang diharapkan dari seni pertunjukan wayang nampaknya sulit dicapai.
Revitalisasi Seni Pertunjukan Wayang
Sampai saat ini seni pertunjukan wayang memang masih hidup dan berkembang di masyarakat. Fakta itu bukan berarti menjadi jaminan bahwa seni pertunjukan wayang akan bertahan selamanya. Kecuali bila secepatnya kita dapat mengantisipasi persoalan-persoalan yang dihadapinya, terutama persoalan kesenjangan komunikasi seperti terurai di atas.
Guna menghantar seni pertunjukan wayang agar dapat mengarungi perjalanan sejarah hingga masa depan diperlukan sebuah usaha revitalisasi. Yakni sebuah usaha yang tidak hanya sebatas menjaganya tetap hidup, namun juga bermanfaat bagi kehidupan. Manfaat yang dimaksud bukan sebatas untuk kepentingan sesaat, semisal kepentingan politik dan propaganda pihak tertentu, melainkan manfaat yang lebih besar lagi yakni membawa pencerahan bagi kehidupan umat manusia. Usaha revitalisasi itu langkah konkritnya seperti apa, kiranya kita semua juga belum tahu pasti. Langkah awal yang terpenting adalah adanya kesadaran dan kemauan untuk secara bersama-sama melakukan proses pembenahan dan perubahan menuju target revitalisasi.
Jan 28, 2018 - Song: Tera Chehra Title Song Album: Tera Chehra Singer: Adnan Sami. Hindi Adnan Sami Tera Chehra (Tera Chehra) Free Download. Find Adnan Sami best songs free and download Adnan Sami latest mp3 songs and music album online via Gaana+. 427 Tracks| 199 Albums.
Upaya revitalisasi adalah usaha untuk membuat seni pertunjukan wayang agar hidup dan berdaya guna kembali sesuai dengan fungsi keberadaannya sebagai kesenian. Usaha menuju revitalisasi tersebut pertama-tama harus dipahami tentang hakekat pertunjukan wayang sebagai sebuah kesenian, tentang karakteristik dan perilakunya dalam menjaga keberadaannya. Pemahaman itu dapat kita peroleh dari mempelajari perjalanan sejarahnya.
Seni Pewayangan
Seni pewayangan di kalangan masyarakat umum dipahami sebatas seni pertunjukan wayang. Namun sesungguhnya seni pewayangan sebagai media ekspresi memiliki tiga bentuk ekspresi, yakni ekspresi yang berakar pada tradisi lisan, tradisi tulis, dan tradisi rupa. Masing-masing bentuk ekspresi seni pewayangan tersebut masih berkembang hingga saat ini.
Seni pewayangan yang berakar pada tradisi lisan adalah seni pertunjukan wayang seperti yang sering kita tonton hingga saat ini. Di dalam bentuk seni pertunjukan ini pun terdapat beragam bentuk, corak dan gaya, yang dapat disebutkan antara lain: wayang kulit purwa, wayang golek, wayang kulit betawi, wayang kancil, wayang krucil, wayang menak, wayang beber, wayang orang, wayang wahyu, dan lain sebagainya. Masing-masing jenis pertunjukan wayang tersebut menunjukkan perbedaan pada bentuk boneka, bahan yang digunakan untuk boneka, sumber cerita, maupun ciri kedaerahan. Seperti misalnya wayang kulit purwa bentuk bonekanya pipih dua dimensi terbuat dari bahan kulit, sumber cerita mengambil dua epos besar Mahabarata dan Ramayana, berkembang di wilayah Jawa Tengah dan Jawa timur. Kemudian wayang golek Sunda bentuk bonekanya tiga dimensi terbuat dari bahan kayu, sumber cerita dari dua epos besar Mahabarata dan Ramayana, berkembang di wilayah Jawa Barat, dan
sebagainya.
Seni pewayangan yang berakar pada tradisi tulis adalah berbentuk sastra wayang. Di era Jawa Kuno sastra wayang ini sudah berkembang, biasanya berbentuk kakawin (puisi Jawa Kuno), seperti misalnya karya para empu di Jawa: Kakawin Bharatayudda, Kakawin Arjuna Wiwaha, Kakawin Ramayana, dan sebagainya. Di jaman kerajaan pasca era Jawa Kuno, sastra wayang pun tetap berkembang dan melahirkan banyak tulisan karya para pujangga, seperti Serat Kandha, Serat Pustakaraja Purwa, dan lain sebagai yang jumlahnya ratusan. Kemudian setelah Indonesia merdeka sastra wayang juga tetap berkembang, bahkan tidak sebatas monopoli bahasa Jawa, tetapi banyak yang ditulis ke dalam bahasa Indonesia, atau bahkan bahasa Inggris, seperti misalnya novel wayang “Hamba Sebut Paduka Ramadewa” oleh Herman Pratikto, “Anak Bajang Menggiring Angin” oleh Sindhunata, “Wisanggeni Sang Buronan” oleh Seno Gumira Ajidarma, “Pertempuran Dua Ksatria Karna-Arjuna” oleh Pitoyo Amrih, dan lain sebagainya.
Kemudian seni pewayangan yang berakar pada tradisi rupa adalah berbentuk lukisan, relief dan patung-patung wayang. Cerita-cerita wayang banyak memberi inspirasi kepada seniman perupa sehingga terlahir banyak karya lukisan, relief dan patung wayang seperti yang sering kita temui di berbagai tempat.
Seni pertunjukan wayang adalah media ekspresi yang didalamnya terdapat beragam unsur seni yang lengkap, yakni: seni sastra, seni musik, seni suara, seni drama, dan seni rupa. Di samping secara struktur pertunjukannya merangkum berbagai unsur seni, dalam kisah yang di bawakannya banyak mengandung nilai-nilai ajaran moralitas, budi pekerti, maupun filsafat yang kesemuanya menawarkan nilai-nilai keluhuran. Maka tidak heran bila seni pertunjukan wayang kemudian diberi label sebagai kesenian yang adi luhung.
Hakekat Dalang
Seni pedalangan pada dasarnya berakar dari tradisi tutur, yakni tradisi penyampaian pesan secara lisan. Menurut hasil penelitian para sarjana, jauh sebelum seni pedalangan terbentuk, sekian puluh abad yang lalu di Jawa terdapat tukang dongeng yang disebut Saman. Fenomena Saman ini muncul ketika orang Jawa belum mengenal tulisan atau tradisi tulis. Tugas seorang Saman adalah mendongeng tentang roh-roh leluhur sebagai bagian dari kegiatan upacara ritual keagamaan. Untuk menggambarkan secara visual roh-roh leluhur tersebut Saman membuat benda yang ketika disinari api memunculkan bayang-bayang. Dari fenomena permainan bayang-bayang inilah diperkirakan sebagai awal mula muncul istilah “wayang” yang berarti bayang-bayang.
Setelah tradisi tulis muncul dan berkembang, mulailah bermunculan pustaka-pustaka hasil karya para pujangga kerajaan yang memperkaya sumber cerita masyarakat. Dalam perkembangannya, di samping Saman, muncul lagi pendongeng yang mengangkat cerita yang bersumber dari pustaka-pustaka karya para pujangga. Pendongeng tersebut disebut sebagai Wiracarita. Baik Saman maupun Wiracarita, di dalam mendongeng melengkapi diri dengan alat bantu peraga yang kemudian disebut sebagai wayang. Entah mulai kapan, lama kelamaan sebutan Saman dan Wiracarita tersebut hilang, pendongeng yang menggunakan alat bantu peraga berupa wayang berganti sebutan sebagai “Dalang”.
Dari ilustrasi singkat di atas kiranya dapat disimpulkan bahwa hakekat dalang adalah sebagai pendongeng. Ia menyampaikan kisah dengan dibantu dengan alat peraga wayang dan iringan bunyi-bunyian (gamelan) untuk mendukung kisah yang diceritakannya agar menjadi lebih menarik. Dengan maksud untuk meraih perhatian dan antusiasme audien atau penonton terhadap cerita dalang secara lebih besar. Besarnya perhatian dan antusiasme tersebut merupakan pintu bagi masuknya pesan-pesan nilai yang terkandung dalam cerita.
Bila kita kembalikan pada perkembangan seni pertunjukan wayang pada umumnya di masa sekarang, hakekat dalang sebagai pendongeng memang semakin tidak nampak. Posisi unsur cerita atau lakon sebagai panglima dari struktur pertunjukan wayang menjadi terbalik. Eksplorasi atau penggarapan alat peraga (wayang) maupun iringan (gamelan) lebih mendominasi sehingga melemahkan unsur cerita atau lakon yang seharusnya diperkuat oleh kedua unsur tersebut. Seloroh bahwa dalang sekarang tak lebih sekadar sebagai MC, kiranya dimaksudkan untuk mengkritisi memudarnya hakekat peran dalang sebagai pendongeng, Saman, atau Wiracarita. Dalang dinilai tidak lagi memproyeksikan diri sebagai pendongeng namun sebatas sebagai pemegang kendali pertunjukan. Dalang tidak lagi mengidupkan wayang melainkan menghidupkan pertunjukan. Keberadaan panggungan, yakni ruang layar selebar tangan dalang merentang sebagai pusat pertunjukan, menjadi hilang tertelan oleh panggung (stage) yang mejadi ajang aktivitas dalang, pengrawit dan pesinden. Figur wayang yang rata-rata setinggi 40 sampai dengan 90 centimeter menjadi kabur oleh kemilau logam perunggu, rampaknya kostum pengrawit, dan indahnya tata rias pesindhen. Maka kesentosaan sosok Bima, kelicikan Patih Sengkuni, dan kekonyolan Buta Cakil tidak lagi dikenali penonton, yang membekas dibenak mereka adalah kesohoran nama dalang dan pesinden. Malang bagi pengrawit yang secara individu jarang tersebut namanya…
Istilahnya begitu sederhana: pendongeng! Namun membangun kembali keberadaan dalang sebagai pendongeng bukan hal mudah. Tekanan-tekanan dari luar merupakan salah satu faktor yang mempersulit dalang untuk kembali menjadi pendongeng. Faktor tekanan dari luar beraneka ragam dan sangat kompleks. Pesan sponsor, trend tuntutan massa penonton, intervensi penanggap, adalah kendala-kendala kasat mata yang sulit terantisipasi. Budaya materialisme yang makin menguat adalah kendala yang tidak kasat mata namun benar-benar menghantui keimanan para dalang. Dan masih banyak lagi kendala-kendala eksternal lain yang kiranya tak cukup ruang untuk diuraikan dalam forum yang singkat ini.
Kemudian kendala-kendala dari dalam yang berhubungan dengan aspek estetik juga menjadi masalah yang cukup pelik, yang mempersulit dalang untuk dapat kembali menjadi pendongeng. Aspek-aspek: kebahasaan dan aturan-aturan (konvensi) struktur cerita maupun gending merupakan bentuk-bentuk persoalan internal yang sulit diurai dan mempersulit dalang untuk menjadi pendongeng yang komunikatif.
Oleh sebab kompleksitas kendala tersebut di atas maka tidak adil bila usaha agar seni pertunjukan wayang bisa kembali kepada hakekatnya sebagai sumber pencerahan hanya dibebankan di pundak para dalang dan seniman pendukungnya. Sebaliknya fakta persoalan yang dihadapi oleh seni pertunjukan wayang tersebut hendaknya menyadarkan para dalang untuk mau terbuka dan bekerja sama dengan pihak lain sehingga beban tugas yang begitu berat tersebut bisa dikerjakan secara bersama-sama.
See a Problem?
Preview — Ramayana by C. Rajagopalachari
More lists with this book..
This is the best one I have come across till date. The author presents the story devoid of his opinion or biases which is something I liked.
I also liked the way he draws parallels between Valmiki Ramayana and Kamban Ramayana.
Such a relief to read this after reading Devdutt Patnaik's version ('Sita' one of the worst books I have read)
I've never read anything about Hindu Mythology, and this book made me so interested on finding out more about Hindu Mythology. The relationships in this book was amazing. Rama, Lesmana, Hanoman & Sugriwa are literally BRO GOALS.
First few chapters made me a little bit confuse, maybe because I wasn't used to the language and..more
This line broadly sums up my review for this book, which I wanted to write in detail. It is a long read and took me a while to complete. As most of the Indians, I wa..more
Rajaji's thoughts and opinions and the slight variations in the versions by Kamban and Valmeeki are gently woven into the storytelling, making it a very enjoyable and informative read.
Kids would find this very enlightening and enjoyable as this prose is generally devoid of philosophical opinions which are usually found in such books and may serve as a detractor for young minds.
Ramayan..more
firstly one thing the reader finds in the book is the attention to detail given by Valmiki in this epic. And this book is not the original version but a concise version of original Valmiki Ramayana By Rajaji.
Why i Liked this book -
- It gives the list of virtues that a Human being must posse..more
Rajagopalachari here provides a bridge across these gulfs. His retelling is targeted both at adults and at children. He writ..more
Why not The Ramayana?
An expertly crafted book with the proper mixture of dialogue and commentary.
This version of Ramayana appeals to all sections and strata of the society, and being a very picky reader, this book stands out amongst the few books I've read till date.
Very few books stir up emotion like this one did. The fluidity of the language never fails to bring up the very same feelings felt by the characters in the book.
Overall, a very wholeso..more
Too many lessons to learn from this epic. This has given me a chance to pick sections from this story that I will ever cite for a lifetime, to myself and to others.
Contoh Cerita Wayang Bahasa Jawa
One of the best translated version of the Ramayan and easy to read.Simple and forthright in style and using words.
We thought of buying the book, Ramayana, itsellf, but it was always too large, notwhithstanding the language barriers with academic translations.
That's why it was a pleasure to find in Delhi in June, 1986, at more than 45C degree hot weather a bookstore targeted to children, and to find easier read for Ramayana.
On 300 pages - the whole story.
Rama..more
Cerita Wayang Jawa
The Ramayana is the mothership of epic Indian Fantasy. It is, in every sense of the phrase, a tale as old as time and is packed to the rafters with a noble hero, a beautiful heroine, a schemin..more
the story told, since written for children, in a very easy english language. So it is recommended for any beginner or intermediate english learner.
The additional point of this book is also how the writer often add explanation paragraph to lead any reader to..more
Nice comparison at suitable places of deviations observed in Sri Ramcharitmanas compared to the original Ramayana and translated version The Kamba Ramayana.
Though at some places, the narrative seemed wanting for explanation but a good justice to the original objective of the book - A simplified no-frills Ramayana.
It's a pity that most indians don't ever read these books , what a wonderful book Ramayana truly is !
The best part of the book is infact the last chapter where the author points out the difference between Ram of Ramayana and Krishna of Mahabharata .. gives a lot of clarity about why Ram behaved the way he did in the epic ..
The way he has explained the nature's beauty, characters & the incidents is truly marvelous.
Five starer without an iota of doubt.
I keep reading it multiple times in the past 40 years
Will recommend to any one
Gambar Wayang Ramayana
Had good overview of Ramayana which fits to the modern world theme and covers most of the story with little bit of modernization
ANGGA INDRA LESMANA
085222194623
Video Wayang Golek Giri Komara Lainnya :
https://www.youtube.com/watch?v=I0M0Vdg5X24
https://www.youtube.com/watch?v=zAVx5ovSpAA
https://www.youtube.com/watch?v=rP-JXUKvuqE
https://www.youtube.com/watch?v=Be0-jxGuTUQ
https://www.youtube.com/watch?v=HKWSzNDoN04
https://www.youtube.com/watch?v=hiPVZBhOgzk
Saluran Youtube Giri Komara :
https://www.youtube.com/channel/UCPD8zSvIpESQH6bmLFPICVw
RAMAYANA ANTV Bahasa Indonesia Episode 101 Full
Ramayana Movie - English
by The Vedic Way
Ramayana - The Epic
Ramayana Episode 73- Ravan battles with Hanuman and Lakshman (Deleted Scene)
Ramayana The Epic - Animated Movie for Kids in Hindi
Ramayana Rahwana Wafat 1
RAMAYANA the epic Trailer
Ramayanam Full Movie In English (HD) - Compilation of Cartoon / Animated Devotional Stories For Kids
Ramayana Rahwana wafat 4
Rama Setu - An Engineering Marvel of 5076 BCE
by Bharath Gyan
2
Luv & Kush Singing Ramayan for Lord Rama [Full Song] Brave Sons of Mother Sita Lav and Kush Ramayana
Ramayana- The Legend of Prince Rama - Hindi with English Subtitles (Entire Movie)
Ramayana: The Legend of Prince Rama (1992) The animated story is based on the Ramayana up to the point where Rama ..
Lessons from Ramayana Class by HG Gouranga Prabhu
Lessons from Ramayana Class by HG Gouranga Prabhu.
Ramayana The Epic - Animation Movie For Kids In Tamil
| रामायण - श्री राम कथा | Ramayana-The Legend of Prince Rama | हिंदी | Best Quality with OPT ENG SUB
Ramayana Real Proof Must Watch
Ramayana: Story of Diwali | Mocomi Kids
Ramanand Sagar's Ramayan Episode 01 Full [HD Quality]
Ramayana is not Mythology See the Evidence
Sampoorna Ramayan
VSP Group, my partner program. Get connected! https://youpartnerwsp.com/en/join?66747